Rabu, 18 November 2009

EFISIENSI EKSTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT MELALUI EKSTRAKSI KONTINYU DENGAN PELARUT AIR DAN ISOPROPANOL SEBAGAI OBAT DIABETES MELITUS

I. Data/Fakta
Alpukat (Persea Americana Mill) merupakan salah satu jenis buah yang banyak diminati oleh masyarakat karena daging buahnya yang empuk dan cara penyajiannya dapat dipadukan dengan gula, madu, atau bahan makanan lainnya. Buah alpukat di samping memliki rasa yang enak juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Adapun kandungan nutrisi buah alpukat dipaparkan pada tabel berikut:
Kandungan Jumlah
Energi 85 – 233 kal
Air 67,49 g -84,3 g
Protein 0,27 – 1,7 g
Lemak 6,50 – 25,18 g
Karbohidrat 5,56 g – 8 g
Vitamin A 0,13 – 0,51 mg
Vitamin B1 0,025 mg – 0,12 mg
Vitamin B2 0,13 – 0,23 mg
Vitamin B3 0,79 – 2,16 mg
Vitamin B6 0,45 mg
Vitamin C 2,3 – 37 mg
Vitamin D 0,01 mg
Vitamin E 3 mg
Vitamin K 0,008 mg
Kalsium 10 mg
Besi 0,9 mg
Fosforus 20 mg
Kalium 604 mg
Natrium 4 mg
Serat 1,6 g
Kebanyakan masyarakat mengonsumsi daging buah alpukat karena rasa dan nutrisinya yang luar biasa, namun biji alpukat dibuang begitu saja setelah diambil buahnya sehingga biji alpukat tergolong limbah yang tidak dimanfaatkan. Padahal, alpukat disamping buahnya memiliki kandungan gizi yang tinggi, bijinya juga dapat digunakan untuk pembibitan dan berkhasiat sebagai obat. Biji alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah, tetapi berlimpah serat selulosa. Faktor ini menjadikan alpukat dianjurkan sebagai bagian dari menu untuk mengendalikan penyakit diabetes.

Pemanfaatan biji alpukat untuk mengobati penyakit diabetes dapat dilakukan dengan cara tradisional, yaitu biji dipanggang di atas api lalu dipotong kecil-kecil, kemudian direbus dengan air bersih sampai airnya menjadi coklat. Kemudian larutan yang terbentuk disaring dan diminum setelah dingin. Namun pengambilan nutrisi biji alpukat dengan cara ini tidaklah maksimal karena masih banyak nutrisi yang tertinggal dalam biji.
Salah satu cara yang diekspektasikan dapat digunakan untuk mengekstraksi nutrisi biji alpukat adalah dengan mengambil minyak biji alpukat melalui ekstraksi cair-cair kontinyu dengan dua zat cair yang bercampur sebagian, yaitu N-heksena dan isopropanol. Proses ekstraksi ini dapat dioptimalkan melalui penentuan suhu kritis kedua pelarut melalui eksperimen Kelarutan Dua Zat Cair yang Bercampur Sebagian. Dengan ditetapkannya suhu kritis larutan, diharapkan proses ekstraksi dapat dikondisikan pada suhu di bawah suhu kritis (saat dua campuran yang bercampur sebagai terpisah secara sempurna) sehingga dapat diperoleh minyak biji alpukat yang terekstrak ke dalam kedua pelarut.
II. Masalah
Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aplikasi eksperimen kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian dalam penentuan suhu kritis pelarut air dan isopropanol sebelum proses ekstraksi?
2. Bagaimanakah proses ekstraksi minyak biji alpukat dengan ekstraksi cari-cair kontinyu menggunakan pelarut air dan isopropanol?

III. Solusi

A. Dasar Teori

1. Dua Cairan yang Bercampur Sebagian
Bila dua zat cair dicampur dengan komposisi yang berbeda-beda maka akan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
• Kedua zat cair dapat bercampur dalam tiap komposisi, seperti campuran antara alkohol dengan air.
• Kedua zat cair tidak dapat bercampur sama sekali, seperti campuran antara air dan raksa.
• Kedua zat cair dapat bercampur hanya pada komposisi tertentu, misalnya campuran antara air-butanol atau air-fenol.
Dua zat cair yang bercampur sebagian merupakan dua cairan yang bila dicampurkan hanya dapat bercampur pada komposisi tertentu, yaitu pada saat kedua zat cair tersebut mencapai suhu kritisnya. Suhu kritis merupakan suhu pada saat kedua zat cair yang bercampur sebagian dapat bercampur (saling melarutkan) pada tiap komposisi yang diberikan. Suhu kritis suatu larutan dapat ditentukan dengan membuat kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian.






2. Proses Ekstraksi Cair-cair Kontinyu
Ekstraksi cair-cair ( dengan corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut organik (koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa dengan koefisien campuran rendah antara pelarut organik dan anorganik biasanya memerlukan pelarut organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang besar ini bisa diatasi dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya relatif kecil volume pelarut yang dibutuhkan (Vogel, 1989 : 156). Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu, pelarutnya dapat didaur ulang menjadi campuran yang mengandung air sehingga penyusunnya dapat diekstraksi dengan pelarut lain. (Ralph J. Fessenden, 1993 : 84).

Gambar Alat ekstraksi cair-cair kontinyu
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.

Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).

Pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di belakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.

B. Prosedur Penyelesaian Masalah
1. Penentuan Suhu Kritis pelarut air dan isopropanol melalui Kurva Kelarutan Dua Zat Cair yang Bercampur Sebagian
Suhu kritis pelarut air dan isopropanol dapat ditentukan melalui pembuatan kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Penambahan air ke dalam Isopropanol
Diawali dengan memasukkan Isopropanol ke dalam tabung reaksi melalui buret sebanyak 10 ml ke dalam tabug reaksi, kemudian dilakukan penambahan 1 ml air. Tabung reaksi dipanaskan dalam penangas sambil diaduk hingga tidak tampak kekeruhannya. Kemudian mengangkat tabung dari penangas dan membiarkan cairan menjadi dingin secara perlahan sambil diaduk, dan mencatat suhu saat larutan menjadi keruh. Pada saat ini terjadi larutan jenuh pada suhu tersebut.
b. Penambahan Isopropanol ke dalam air
Diawali dengan memasukkan air ke dalam tabung reaksi melalui buret sebanyak 10 ml ke dalam tabug reaksi, kemudian dilakukan penambahan 1 ml Isopropanol. Tabung reaksi dipanaskan dalam penangas sambil diaduk hingga tidak tampak kekeruhannya. Kemudian mengangkat tabung dari penangas dan membiarkan cairan menjadi dingin secara perlahan sambil diaduk, dan mencatat suhu saat larutan menjadi keruh. Pada saat ini terjadi larutan jenuh pada suhu tersebut.
c. Menghitung persen berat air dan persen berat isopropanol pada tiap komposisi yang diberikan




d. Pembuatan Kurva Kelarutan air dan isopropanol
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dibuat kurva komposisi persen berat pelarut (sebagai absis) terhadap suhu (sebagai ordinat) sehingga dapat ditentukan suhu kritis zat cair

2. Proses Ekstraksi Minyak Biji Alpukat dengan Ekstraksi Cair-cair Kontinyu
Prinsip ekstraksi cair-cair kontinyu adalah penambahan secara terus menerus tetesan-tetesan kecil pelarut ke dalam larutan yang mengandung senyawa yang diekstrak (Microscale Organic Laboratory, 1955 hal:84). Tahap-tahap ekstraksi cair-cair kontinyu adalah sebagai berikut :
a. Prosedur percobaan yang pertama adalah perlakuan pendahuluan. Penyiapan biji alpukat yaitu dikupas kulit arinya, dicuci dan dipotong-potong untuk dikeringkan, sepotong biji alpukat tersebut ditandai dan ditimbang beratnya lalu catat beratnya setelah itu diukur kadar airnya dengan cara dioven bersuhu 1000C tiap satu jam ditimbang beratnya hingga konstan. Setelah pengeringan usai maka biji alpukat dihaluskan dengan blender dan diayak hingga mendapatkan ukuran 40 mesh
b. Memasukkan biji alpukat yang telah dikeringkan sebagai umpan ke dalam ekstraktor kemudian diikuti dengan memasukkan solvent (air). Kemudian melakukan ekstraksi dan hasilnya diambil dalam bentuk ekstrak dan rafinat.
(Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut dan fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.
c. Pelarut baru ditambahkan ke dalam ekstraktor ke-3 di mana ekstraktor masih berisi padatan sisa pada langkah pertama. Setelah dilakukan leaching rafinat dimasukkan ke dalam ekstraktor yang ke-2, dan dimasukan umpan baru pada ekstraktor ke-2. Bila dalam ekstrak terdapat endapan padatan maka sebelum dianalisa dipisahkan dengan centrifuge.
e. Setelah solven diuapkan masih diperoleh sejumlah campuran zat yang perlu dimurnikan lebih lanjut. Oleh karena itu minyak biji alpukat hasil ekstraksi harus dipurifikasi atau dimurnikan. Pemurnian pada minyak biji alpukat sama halnya dengan pemurniaan minyak nabati lainnya. Pemurnian pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan senyawa lilin (dewaxing), fosfstida (degumming), asam lemak bebas (saponification), pewarna (bleaching), dan bau (deodorization). Jika diinginkan minyak yang dapat disimpan pada suhu rendah maka pemurnian dilengkapi proses winterization.
IV. Daftar pustaka

Aris Solikhah. 2007. Di Balik Rasa Alpukat yang Legit Khasiatnya Selangit. Online, (http://ryanienutrient.blogspot.com/2007/03/di-balik-rasa-alpukat-yang-legit.html, diakses tanggal 5 Nopember 2009)

Arif Widarto. 2009. Obat Kencing Manis dari Biji Alpukat. Online, (http://www.berita8.com/news.php?cat=4&id=1952, diakses tanggal 5 Nopember 2009)

Guenther, E.1950. Minyak Astiri: Jilid IV. Jakarta : Universitas Indonesia

Vogel, A E.1989. Text Book of Practical Organic Chemistry Longman Book Co, London, pp 161-162

W.Dane. M.Ronald,and K.Peter .1955. Microscale Organic Laboratory, Third Edition. America,pp 84 – 86

---------. 2008. Ekstraksi Cair-cair. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-proses-ekstraksi/

Sabtu, 31 Oktober 2009

Ekstraksi Minyak Atsiri dari Pohon Kayu putih (Melaleuca sp.)

Kayu putih (Melaleuca sp) termasuk ke dalam famili Myrtaceace dan ordo Myrtalae. Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemukan di daerah pegunungan.
Minyak atsiri kayu putih memiliki aktivitas stimulan dan relaksan serta memiliki fungsi sebagai antiseptik, astringen dan sedatif (penenang). Minyak kayu putih digunakan baik secara internal maupun eksternal. Secara tradisional minyak kayu putih digunakan untuk mengobati bronkitis, sinus dan radang tenggorokan, selain itu beberapa penyakit yang dapat diobati dengan minyak asiri kayu putih adalah jerawat, memar, diare, sakit telinga, eksim, sakit kepala, cegukan, peradangan, malaria, psoriasis, rematik, sakit gigi, kelainan tulang dan persendian, luka bakar dan kram. Minyak kayu putih sering di kombinasikan dengan minyak herbal lainnya untuk mengobati bronkitis, batuk, pneumonia dan flu. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimanakah cara memperoleh minyak pohon kayu putih?
Yang menarik dan cukup tradisional, penarikan minyak atsiri dari pohon kayu putih dapat dilakukan dengan meremas daun kayu putih atau dapat juga dilakukan dengan merebus daun kayu putih ini. Cara ini memang sederhana, tetapi minyak kayu putih yang terekstrak hanya dalam jumlah yang sedikit. Ada beberapa cara ekstraksi minyak kayu putih yang efektif dan dapat menghasilkan minyak terekstraksi dalam jumlah banyak, yang selanjutnya akan dibahas yaitu dengan cara destilasi uap air dan metode soxhletasi.
Salah satu proses ekstraksi minyak kayu putih yang menarik adalah
dalam hal minyak pohon kayu putih (tea tree oil) ini, proses pengadaannya dapat dilakukan dengan menyuling uap air, yang didapatkan melalui mesin penyuling atau sering disebut dengan destilasi. Proses ini dilakukan berdasarkan produksi uap melalui dedaunan pohon kayu putih yang sebelumnya telah dimasukkan ke wadah dan kemudian dinyalakan ke kapasitor. Cairan kemudian dituangkan ke dalam gelas rendah. Pada dasarnya, cairan yang lebih ringan akan berada di atas dan kemudian disuling.

Destilasi uap merupakan metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

Penyarian minyak menguap dilakukan dengan cara menempatkan simplisia (bagian tanaman yang telah dikeringkan) dan air dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap kemudian uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia. Uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga. Campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Cara lain yang tidak kalah menarik dan membutuhkan pelarut dalam jumlah yang sedikit namun cukup efektif untuk menghasilkan minyak terekstraksi adalah dengan cara soxhletasi. Soxhletasi adalah suatu metode penyarian yang menggunakan alat soxhlet dari gelas yang bekerja secara kontinyu. Pada proses ini sampel yang akan disari dimasukkan pada alat soxhlet, lalu setelah dielusi dengan pelarut yang cocok sedemikian rupa sehingga akan terjadi dua kali sirkulasi dalam waktu 30 menit. Adanya pemanasan menyebabkan pelarut keatas lalu diembunkan oleh pendingin udara menjadi tetesan-tetesan yang akan terkumpul kembali dan bila melewati batas lubang pipa samping soxhlet, maka akan terjadi sirkulasi yang berulang-ulang akan menghasilkan penyarian yang baik.

Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas, karton dan sebagainya) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang berisi sampel diletakkan diantara labu suling dan suatu pendingin aliran balik. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang akan diekstraksi dan membawa keluar bahan yang diekstraksi.
Larutan yang terkumpul dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimal secara otomatis dipindahkan ke dalam labu dengan demikian zat yang akan terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini bahan terus diperbaharui artinya dimasukkan bahan pelarut bebas bahan aktif. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Air atau etanol menjadi acuan cairan pengekstraksi karena banyak bahan tumbuhan larut dengan air atau etanol.

Keuntungan penggunaan metode soxhletasi pada ekstraksi minyak kayu putih ini adalah :
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur


Taken from this sources:
Dewan Atsiri Indonesia dan IPB. 2009. Minyak Atsiri Indonesia. Online. ( http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/2009/06.html, diakses tanggal 24 Oktober 2009)
Febri, Pratita. 2008. Efek Analgetika Ekstrak Etanol Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L). online. (http://etd.eprints.ums.ac.id/978/1/K100020031.pdf, diakses tanggal 24 Oktober 2009)
Sekilas Tentang Tea Tree Oil (Minyak Pohon Kayu Putih). 2008. Online. (http://www.epochtimes.co.id/keluarga.php?id=19, diakses tanggal 24 Oktober 2009)

CerPenQ : Senyum Terakhir Sera

Sera masih saja duduk termenung di depan beranda sore itu, masih memikirkan semua kenangan masa kecil yang telah ia lalui bersama Danu. Dalam hati ia berpikir apakah sahabat kecilnya itu kini masih mengingat dan merindukannya seperti apa yang Sera rasakan saat ini.
Kring…Kring…nada ponsel membuyarkan lamunan Sera. Dengan malas ia tekan tombol answer .
“Ser, hari ini tugas kamu jagain pasien. Kamu cepetan ke sini ya, ada pasien baru yang mesti dirawat…”
Belum sempat Sera mengiyakan, sambungan telepon terputus. Sera pasrah dan segera mengganti bajunya dengan seragam, lalu ia bergegas keluar. Kurang dari 20 menit ia telah sampai di sebuah panti rehabilitasi, tempat pemulihan para pecandu narkoba.
“Akhirnya kamu datang juga. Oya, tugas kamu sekarang ngerawat pasien baru di ruang 21.”
“Oke, aku ke sana. Thanks Na, kamu bisa pulang sekarang, tugas kamu kan udah selesai.”
“Yah…tapi hati-hati ya, pasien yang satu ini agak syerem…dingin banget, tadi sempet aku ajak ngobrol bentar, he say no words, tapi cakep lo, hehe..”
“Kamu ada-ada aja! ya udah…cepetan pulang deh.”
Sera melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati menuju ruang 21. Sesampai di ruang itu dilihatnya seorang cowok dengan wajah kuyu dan rambut semrawut sedang memandang sebuah foto. Entah foto apa yang dilihatnya hingga tanpa sadar setitik air menetes dari pelupuk matanya.
“Hmm…selamat siang. Kenalkan, aku Sera. Perawat yang ditugaskan untuk menjaga kamu. Boleh aku tau kenapa kamu menangis setelah memandang foto yang kamu pegang?”
Tak ada jawaban. Sera lalu berkata lagi,
“Oke, aku gak akan ganggu kamu. Tapi ini jam makan siang. Jadi kamu harus makan makanan yang udah disiapkan.”
Wajah yang tertunduk itu lalu memandang Sera dengan tatapan tajam. Ia baca nama yang tertera di seragam yang dikenakan Sera. Nama itu tak asing baginya.
“Nama kamu bagus.”
Sera kaget mendengar ucapan cowok itu, lalu berkata, “Makasih.”
Pandangan cowok itu beralih ke sebuah cincin yang terlingkar di jari manis Sera. Cincin yang diberikan Randi sebagai tanda pertunangan mereka memang memperindah jari-jari Sera yang lentik.
“Cincin kamu juga indah. Pasti cincin pernikahan kamu?” tanya cowok itu lagi.
“Makasih atas pujian kamu. Tapi aku ke sini bukan untuk jawab pertanyaan kamu, sekarang tolong kamu segera makan.” Jawab Sera
“Buat apa makan? Aku gak nafsu. Lagian gak ada yang berharap aku sembuh. Gak ada yang sayang sama aku, Ser…”
Sera merasa iba. Belum sempat ia menjawab, cowok itu lalu berkata,
“Aku gak sanggup menjalani ini, Ser. Orang tuaku meninggal saat usiaku 16 tahun. Dan aku gagal menjaga adikku sendiri yang kehilangan nyawa karena drugs. Aku ngerasa bersalah, dan karena itu aku ingin menyusulnya, menebus rasa bersalahku.”
“Kalau kamu pikir dengan cara ini kamu bisa menebus kesalahan, kamu salah besar. Harusnya kamu perbaiki hidup kamu.” Ujar Sera dengan mata berkaca-kaca kemudian berlalu dari cowok itu.
***
Keesokan harinya Sera menuju ruang itu lagi. Sepi. Entah kemana pasien yang harus dirawatnya. Sebelum hendak melangkahkan kakinya, Sera mengambil sebuah foto yang terjatuh di lantai. Dilihatnya foto itu, sebuah foto yang mengingatkan Sera pada masa kecilnya. Dengan cepat ia keluar kamar dan mencari pasiennya itu. Langkahnya terhenti setelah kedua matanya menangkap sosok cowok itu duduk di taman, dengan sebuah gitar di pangkuannya.
“Danu….. kamu Danu kan?” sergap Sera yang benar-benar ingin tau apakah dugaannya benar.
“Kalau aku gak meninggalkan foto itu di kamarku, apakah kamu akan menyadari kalau aku memang benar-benar Danu?”
“Maaf Dan, 18 tahun bukan waktu yang singkat bagiku untuk terus mengingat wajah kamu. Tapi jujur aku gak pernah melupakanmu. Dan, aku pikir kita gak akan pernah bertemu lagi. Kamu pasti sembuh Dan, karena masih ada orang yang sayang banget sama kamu. Termasuk aku….”
“Cincin itu udah jadi bukti kalau kamu melupakanku.” Danu lalu meninggalkan Sera.
***
Hari itu Sera terbaring lemas menahan rasa sakitnya. Setelah bertahun-tahun bertahan melawan leukimia, kini ia hanya bisa meringkuk di rumah sakit. Mata Sera tertutup rapat. Ia koma. Dan pernikahannya dengan Randi pun telah dibatalkannya, karena bukan Randi cowok yang diharapkannya.
“Ser, aku ingin kamu sembuh. Karena bertemu kamu, aku jauh dari belenggu drugs. Aku janji akan menikahi kamu setelah kamu sembuh nanti.” Ujar Danu yang duduk di samping ranjang Sera.
Dilihatnya sebuah senyum tipis tersungging dari bibir Sera. Senyum terindah dan terakhir yang diberikan Sera untuk Danu.